Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Umar Hasibuan menyampaikan kritik terhadap Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal, terkait pernyataan yang menyebutkan bahwa Masjid Istiqlal bukan hanya rumah ibadah bagi umat Islam.
Dalam pernyataannya, Umar Hasibuan menegaskan bahwa masjid secara harfiah berarti tempat bersujud, yang seharusnya menjadi tempat umat Islam menyembah Allah.
“Pak Nasaruddin yang terhormat, anda pasti tahu arti masjid secara harfiah tempat bersujud,” ujar Umar dalam keterangannya di aplikasi X @UmarSyadatHsb_ (7/9/2024).
Dia menekankan pentingnya menjaga kesucian dan fungsi utama masjid sebagai tempat ibadah umat Islam.
“Maknanya Masjid itu tempat ummat islam bersujud menyembah Allah. Kita semua menghormati paus datang ke Jakarta. Tapi jangan juga hormati paus terus anda korbankan Masjid Istiqlal,” lanjut Umar.
Ia kemudian mengutip Surah Al-Jin ayat 18 yang menyatakan bahwa masjid adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya lah umat Islam seharusnya menyembah.
“Coba anda dalami surah Jin:18 ini,” cetusnya.
Umar juga memperingatkan agar Masjid Istiqlal tidak dijadikan sebagai pusat Islam liberal, dan menyarankan Nasaruddin Umar untuk lebih bijaksana dalam mengelola masjid tersebut sesuai dengan ajaran Islam yang benar
“Pak nasar, Jangan mentang-mentang anda imam masjid istiqlal lalu jadikan masjid istiqlal sesuka hati you,” tukasnya.
“Jangan jadikan istiqlal jadi pusat islam liberal. Ucapan anda tak mencerminkan ulama hebat,” Umar menambahkan.
Umar khawatir bahwa Masjid Istiqlal mungkin dijadikan alat untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam konservatif.
Sebelumnya diketahui, Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menyampaikan pandangan bahwa Masjid Istiqlal tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah bagi umat Islam.
Tetapi ia menekankan bahwa Masjid Istiqlal juga sebagai rumah besar bagi kemanusiaan. Pernyataan ini disampaikan dalam kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal, Jakarta.
“Masjid Istiqlal yang telah direnovasi oleh Presiden Jokowi, bukan hanya rumah ibadah umat Islam, tapi rumah besar kemanusiaan. Kita berprinsip humanity is only one,” kata Nasaruddin dalam pidatonya di Masjid Istiqlal, kemarin.
Nasaruddin juga mengingatkan sejarah pendirian Masjid Istiqlal yang dimulai pada 1961 oleh Presiden pertama Indonesia, Sukarno, dan diresmikan pada 1978 oleh Presiden kedua, Soeharto. Masjid ini dirancang oleh Friedrich Silaban, seorang arsitek yang beragama Kristen.
Karena itu, lanjut Nasaruddin, masyarakat dari berbagai latar belakang dipersilakan untuk masuk, dengan tetap mematuhi ketentuan yang ada.
(sumber: fajar)