PULUHAN SAYYID/HABIB SADAH BA’ALAWI YANG MENJADI GURU DARI PENDIRI NU HADRATUS SYAIKH KH. HASYIM ASY’ARI (Rahimahullahu Ta’ala)

PULUHAN SAYYID/HABIB SADAH BA’ALAWI YANG MENJADI GURU DARI PENDIRI NU HADRATUS SYAIKH KH. HASYIM ASY’ARI (Rahimahullahu Ta’ala)

https://www.facebook.com/share/p/R8oq4LHNbJDgZkaR/?mibextid=oFDknk

Seperti apa yang telah maklum bahwa pada tahun 1892 M, Mbah Hasjim Asy’ari pergi menimba ilmu ke Mekah, di sana beliau berguru kepada banyak ulama dan masyayikh, di antaranya adalah:

Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Habib Alwi bin Ahmad As-Saqqaf dan

Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

Bacaan Lainnya

Dari deretan ulama dan masyayikh tersebut tertera beberapa nama ulama besar dan mufti dari kalangan Saadah ‘Alawiyin atau para habaib, yang kakek moyangnya berada di Hadhromut Yaman, baik itu dari jalur keturunan Sayyidina Hasan maupun dari keturunan Sayyidina Husein ra, bahkan ada pula dari marga Bafadhal, keturunan dari orang-orang Hadhromut Yaman, yg nasabnya bersambung dengan sahabat Nabi saw. Inilah mungkin sebagai salah satu alasan mengapa Nahdlotul Ulama memiliki hubungan erat dg para Saadah Alawiyin atau habaib, bagai mata rantai yg tak terpisahkan, keduanya saling berdampingan, berjalan dg mesra, sejak dulu hingga kini.

Adapun keterangan tentang mereka secara detail dan rinci sebagai berikut :

Habib Alwi bin Ahmad Assegaf (1255 H-1335 H./1837-1917 M.)

Habib Alwi bin Ahmad Assegaf adalah salah seorang guru besar, ulama dan tokoh dari kalangan Saadah Alawiyyin yg tersohor di kota Mekkah, yg hidup pada kisaran awal abad delapan belas dan awal abad sembilan belas.

Nama lengkapnya Habib Alwi bin Ahmad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Husein bin Idrus bin Ahmad bin Abibakar bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladaweleh bin Ali bin Alwi bin Alfaqih muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alwi Asy- Syafi’i Almakky Bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaeidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa bin Muhammad Annaqib bin Ali Uraidhi bin Ja’far Ashshadiq bin Muhammad Albaqir bin Ali Zaenal Abidin bin Imam Husein Assibith bin Ali ra wa Fathimah Azzahra binti Rasulillah saw.

Beliau berasal dari marga Assegaf, dari keturunan Alimam Aqil bin Abdurraman Assegaf, sehingga dikenal dikalangan para ahli nasab dg sebutan Assegaf Bin Aqil.

Habib Alwi bin Ahmad Assegaf lahir di kota Mekkah Almukarramah, pada bulan Syawal, pada tahun 1255 H /1837 H.

Sejak kecil beliau dididik secara langsung oleh salah seorang ulama tersohor dikota Mekkah yg juga berasal dari negeri Tarim Hadhromut, yaitu Alalamah Alhabib Muhammad bin Husein Alhabsyi, mufti madzhab Syafi’i di Mekkah atau ayah dari penulis kitab maulid Syimthudurar.

Setelah tumbuh dewasa, kesemangatannya dalam menuntut ilmu agama terus berkembang, seiring dg terus bertambah dan berkembang usianya, sehingga membuatnya tidak pernah puas dengan ilmu yg dimilikinya, beliau terus mendatangi majlis-majlis ilmu para ulama dan masyayikh yg ada di kota Mekkah, khususnya di masjidil haram untuk mengapai berbagai disiplin ilmu.

Di antara ulama dan masyaikh yg didatanginya untuk menimba ilmu adalah majlis ilmu milik Alalamah Assayyid Ahmad bin Zeini Dahlan, mungkin beliaulah guru utamanya. Beliau telah nyantri dan ikut kepadanya dg sempurna, karena hampir semua ilmu dan sanad keilmuan yg dimilikinya adalah diperolehnya dari beliau.

Adapun guru dan masyayikh beliau yg lain, dari kalangan para habaib dan Saadah Alawiyyin adalah :

Alallamah Alhabib Umar bin Abdullah Aljufri,

Alhabib Abubakar bin Abdullah bin Thalib Alattas, dari beliaulah Habib Alwi bin Ahmad Assegaf mendapat ijasah tarekat alawiyah, talqin dzikir dan lubsul khirqah, yaitu pada hari Senin, 4 Dzulhijjah tahun 1299 H /1882 M.


Syaikh Abdullah Mirdad Abul Khair, hakim kota Mekkah, wafat tahun 1343 H /1925 H, dalam bukunya yg berjudul “Mukhtashar min kitab nasyrin nur wazzuhr fi tarajim afadhili makkah min qarnil ‘asyir ila qarnir rabi’ ‘asyir mengatakan:

كان واسع المحفوظات, حسن التقريرات, مدققا حافظا محققا للمذهب, حريصا على اقتناء الكتب النفيسة, واقتنى منها أشياء كثيرة, وكان على جانب عظيم من العلم جمع الله تعالى له بين الحفظ والفهم وله نظم رائق ونثر فائق.

Habib Alwi bin Ahmad Assegaf memiliki hafalan yg kuat, catatan yg lengkap, jeli saat menganalisa, hafal dan teliti dalam urusan madzhab, sangat ambisi untuk memiliki berbagai pustaka dan buku rujukan yg bernilai dan sempurna dan itu terwujud dan dimilikinya. Disamping itu, beliau adalah sosok ulama yg memiliki wawasan ilmu yg sangat luas, yg mampu menyatukan antara hafalan (pemahaman tektual) dengan analisa pemahaman (maknal murod), serta memiliki beberapa karya dalam betuk syi’iran atau nadzom juga natsar atau prosa yg sangat indah dan berbobot.

Sehingga dengan bekal otaknya yg cerdas, wawasan pengetahuannya yg luas dan ilmunya yg mendalam, maka membuat para gurunya memberikan kepadanya izin dan ijasah untuk mengajar, yg salah satunya adalah ijadah untuk mengajar di Masjidil Haram dan diangkatnya menjadi Mufti Madzhab Syafi’i di Mekkah.

Dan pada tahun 1298 H. beliau diangkat menjadi tokoh santral di kalangan Sadah Alawiyyin di kota Mekkah, bahkan tidak hanya itu saja, hingga memiliki kedudukan sebagai Naqibul Asyraf di kota Mekkaf (pempinan para habaib dan sadah alawiyin di tanah hijaz).

Beliau Habib Alwi bin Ahmad Assegaf dicatat oleh para ahli sejarah sebagai:


نقيب السادة العلويين بمكة المكرمةو وأحد فقهائها الفضلاء والأعيان.وولي النقابة سنة ١٢٩٨ﻫ،

Pimpinan para Saadah Alawiyyin di Mekkah Almukarramah, dan salah seorang tokoh tersohor serta seorang ulama ahli fikih pada zamannya juga menjabat sebagai wali niqobah (pempinan para habaib dan sadah alawiyin di tanah hijaz) pada tahun 1298 H.

Dipenghujung tahun 1311 H, Habib Alwi bin Ahmad Assegaf sempat tinggal di kota Sulthonatul haj Hauthoh Aden Yaman, sekitar 16 tahun lamanya.

Hal itu beliau lakukan demi untuk memenuhi undangan dari Amir Fadhal bin Ali bin Muhsin AlAbdali dan menghindari konflik dg penguasa setempat.

Namun setelah itu, yakni delapan tahun sebelum meninggal dunia atau tepatnya pada tahun 1327 H beliau kembali lagi ke Mekkah.

Kepergiannya itu tidak dilakukan sendiri, namun bersama keluarga dan beberapa ulama.

Disana beliau juga tetap melakukan tugasnya sebagai seorang ulama yaitu mengajarkan ilmu yg dimiliki kepada orang lain, ternyata apa yg dilakukanya itu memperoleh respon positif dan disambut dg baik oleh warga dan penguasa setempat, majlis ilmunya selalu ramai, tidak kurang dari 150 orang ulama yg duduk bersama beliau untuk menggali dan menimba ilmu.

Diceritakan bahwa tidak sedikit dari anak didik dan santri beliau yg mampu menjadi hakim dan memiliki kemampuan untuk memberi fatwa.

Tidak berbeda dengan para ulama dan guru besar yang lainnya yg tinggal di kota Mekkah pada saat itu, beliau juga memiliki banyak tulisan dan karya yg sangat berbobot, di antaranya adalah sebagai berikut :

الفوائد المكية فيما يحتاج إليه طلبة السادة الشافعية.

حاشية في فقه الشافعية سمَّاها ترشيح المستفيدين

مختصر الفوائد المكية.

علاج الأمراض الردية بشرح الوصية الحدادية.

القول المتين في حقوق أخواننا المسلمين.

الكوكب الأوج في أحكام الملائكة والشياطين والأنس والجن ويأجوج ومأجوج.

فتح العلام بأحكام السلام.

وقمع الشهوةعن تناول التنباك والكفتة والقات والقهوة. (الكفتة بالكاف نوع من القات)

والقول النجيح في أحكام صلاة التسابيح.

حاشية على فتح المعين.

هدية الناهض إلى كفاية الخائض في الفرائض.

خدمة المرتاب من أهل الكتاب.

أنساب أهل البيت.

مجموع أوراد نبوية يسمى الباقيات الصالحات والدروع السابغات.

ابناه الأنباه في أحكام لا إله إلا الله.

Juga beberapa risalah, tulisan ringkas padat, seperti:

مجموعة فيها سبع رسائل.

ورسائل في النحو والفلك والميقات.

رسالة في زيارة القبر النبوي الشريف.

ورسالة في الأجتهاد.

ورسالة في الجبر والمقابلة.

ورسالة في الحساب.

Juga dalam bentuk nazhoman atau syi’iran, yaitu:

منظومة في تاريخ القرون الأنبياء والسيرة الشريفة.

Dan nadzoman yg berisikan 13 disiplin ilmu agama yang diberi judul “mushthofal ulum”.

مجموع منظوم فيه ثلاثون علمًا سمَّاه مصطفى العلوم.

Dan lain- lain.

Banyak dari karya dan tulisan tersebut yg telah dicetak pada masa hidupnya.

Habib Alwi bin Ahmad Assegaf memiliki tiga anak laki- laki, yaitu Ahmad, Muhammad, dan Hasan Assegaf.

Salah satu cicitnya adalah Habib Hasan bin Ali Bin Hasyim bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad Assegaf Yordania. Pakar ilmu hadits dan ilmu kalam yg banyak mengkritisi tentang pemikiran dan paham orang- orang wahabi salafi, lahir di Yordan pada tahun 1961 M, beliau adalah santri dari sejarawan dan ahli hadits terkenal yaitu Syaikh Ramadhan Albuthi dan Syaikh Abdullah Alghommary, dan beliau juga seperti kekeknya Habib Alwi Assegaf sangat produktif dan memiliki banyak karya.Setelah sekian lama bergulat dalam dunia keilmuan, baik itu, mengajar maupun menulis, maka beliau meninggal dunia pada bulan Muharram, tahun 1335 H/1917 M. dalam usia cukup tua, kurang lebih 80 tahun.


Wallahu a’lam.

Semoga bermanfaat.
Dari berbagai sumber.



Sumber: https://www.laduni.id/post/read/68214/mengenal-guru-guru-mbah-hasyim-asyari

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *