MEMOHON RAHMAT & HIDAYAH DARI ALLAH

Oleh KH. Luthfi Bashori

Setiap orang yang akan masuk surga itu tiada lain adalah karena rahmat dan kasih sayang dari Allah, bukan karena banyaknya amal ibadah, apalagi perbuatan yang tidak berbau ibadah.

Namun, di antara penyebab Allah merahmati dan menyayangi hamba-hamba-Nya itu, karena para hamba tersebut memperbanyak amal ibadah dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.

Menjadi orang baik dan shalih di saat menjalani hidup di dunia adalah sangat berpotensi untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayang dari Allah sang Pecipta dunia dan seisinya.

Menjadi orang baik yang dimaksud itu tentu mencakup kebaikan dalam segala hal yang bernilai ibadah kepada Allah, sekaligus kebaikan yang berkaitan dengan hubungan sosial kemasyarakatan.

Rasulullah SAW bersabda: “Berjalanlah lurus, dekatkan diri kalian (kepada Allah), dan bergembirahlah (dengan pahala-Nya). Ketahuilah oleh kalian semua, bahwa amal perbuatan seseorang di antara kalian tidak dapat memasukkannya ke dalam surga. Mereka (para shahabat) bertanya; “Juga termasuk engkau, wahai Rasulullah?” Rasul SAW. menjawab: “Ya, juga termasuk aku sendiri, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan dan rahmat-Nya kepadaku. Sesungguhnya amal yang disenangi oleh Allah adalah amal yang dilakukan secara terus menerus (istiqamah/kontinyu) sekalipun kecil.” (Riwayat Syaikhan dan Annasai).

Rajin-rajinlah beramal shalih, tetaplah pada jalan yang lurus sesuai dengan aturan syariat, jangan menyimpang, dan dekatkanlah dirimu kepada Allah SWT, dan bergembiralah dengan pahala dari sisi-Nya.

Namun yang perlu diingat bahwa segala amal baiknya itu hanyalah penyebab Allah akan mencintainya, hingga diharap kelak Allah akan memberikan rahmat dan kasih sayang kepadanya hingga memasuk pula ke dalam surga. Amal baiknya itu bukan penentu satu-satunya seseorang pasti akan masuk surga.

Hanya saja rahmat dan kasih sayang Allah itu tidak akan diberikan kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya, seperti durhaka dengan kekafiran terhadap Allah, atau dengan sifat kemunafikan, atau karena seringnya bermaksiat yang enggan untuk bertobat kepada-Nya. 

Mengingat hal tersebut maka berusahalah dengan beramal saleh terus menerus tanpa mengenal lelah, yang terpenting dalam beramal saleh ialah yang dikerjakan secara terus menerus dan menurut batas kemampuan karena disebutkan dalam hadits yang lain, bahwa tiada seorang pun yang berlebihlebihan dalam mengerjakan ajaran agama ini, melainkan pasti ia akan dikalahkan oleh aturannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *