Oleh KH. Luthfi Bashori
Rendah hati, atau yang dalam istilah syariat lebih dikenal dengan istilah tawadhu’, yaitu sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Hal ini karena masih banyak orang yang merasa berilmu tinggi, memiliki harta yang melimpah, atau gelar yang mentereng, hingga sulit bagi mereka untuk merendahkan hatinya atau bertawadhu’.
Sifat tawadhu yang lebih familiar untuk didefiniskan adalah, jika ada orang yang berilmu tanggi dengan sederet gelar, namun dirinya masih akrab bergaul dan menyatu dengan masyarakat awam pada umumnya.
Atau ada orang yang memiliki sederet gelar akademisi, maupun sederet gelar keagamaan dan kemasyarakatan, namun ia tetap membuka diri untuk berkumpul dengan kebanyakan orang yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, termasuk masyarakat awam.
Demikian juga orang yang memiliki harta melimpah ruah, namun dalam kehidupan sehari-hari, tanpa merasa canggung ia tetap bergaul bersama rakyat miskin dan tidak menampakkan kekayaan yang ia miliki secara berlebihan.
Rasulullah SAW bersabda: “Beruntunglah orang yang merendahkan hati, tanpa mengurangi harga dirinya, ia hidup sederhana tanpa membuat dirinya hina, ia menafkahkan sebagian dari harta yang di kumpulkannya bukan untuk kemaksiatan, ia bergaul dengan ahli fiqih dan ahli hikmah, dan ia kasih sayang kepada orang-orang yang rendah dan orang-orang yang miskin. Beruntunglah orang yang merendahkan diri (hati)-nya, baik mata pencahariannya (halal), baik hatinya dan baik sikapnya, serta ia menjahui manusia dari kejahatannya. Beruntunglah orang yang mengamalkan ilmunya, menginfakkan sebagian dari hartanya, dan menahan mulutnya”. (Riwayat Bukhari)
Yang dimaksud tanpa mengurangi harga diri, dan tanpa membuat dirinya hina, artinya tidak sampai melakukan perbuatan tercela atas nama rakyat awam atau kemiskinan, hingga menjatuhkan martabat dirinya di depan masyarakat.
Beruntunglah orang yang rendah hati, tidak takabur, dermawan dari hasil yang halal, dan bergaul dengan ahli fiqih dan ahli hikmah. Orang yang dirahmati Allah itu adalah orang yang tidak sombong, meskipun hidupnya miskin.
Beruntung pula orang yang rendah hati, halal usahanya, baik tindak tanduknya (akhlaknya), terhormat penampilannya, dan menjauhi perbuatan jahat. Beruntung pula orang yang mengamalkan ilmunya, menginfakkan kelebihan hartanya, dan tidak banyak bicara kosong tanpa ada manfaat.
RENDAH HATI ITU SANGAT MULIA
