Oleh: Muhammad Saad
Pada saat ziarah ke rumah Habib Sholeh bin Ahmad al-Aydrus di momen lebaran kemarin, beliau banyak memberi wejangan untuk kami, terlebih masalah keluarga. Salah satunya Habib Sholeh al-Aydrus membacakan Qs :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ (14) إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di sisi Allah-lah pahala yang besar.
“Nanti di akhirat, istri dan anak kita menjadi musuh utama kita. Mereka akan menuntut semua haknya yang apabila tidak diberikan semasa di dunia. Di akhirat tidak rasa kasihan antara satu orang dengan lainnya. Anak, istri tega terhadap kita, kitapun tega terhadap mereka. Justru istri dan anak ini yang menjadi musuh kita. Merekalah yang akan memasukkan kita di neraka, jika kita tidak amanah”, tegas Habib Sholeh al-Aydrus.
Patutlah wejangan Habib Sholeh ini kita renungi. Mengapa sampai keluarga, anak dan istri yang semasa di dunia amat kita cintai. Apapun yang diperbuat seorang suami adalah tidak lain demi anak dan istri. Bahkan seorang suami rela berkorban habis-habisan demi kebahagiaan istri dan anak-anaknya. Namun di akhirat, justru anak dan istri menjadi seteru utama, yang bahkan bisa menghabiskan pahala serta memasukkan seorang suami ke dalam neraka.
Sehubungan dengan ayat di atas, berkata imam Mujahid dalam tafsir Ibn Katsir:
وقال مجاهد : ( إن من أزواجكم وأولادكم عدوا لكم ) قال : يحمل الرجل على قطيعة الرحم أو معصية ربه ، فلا يستطيع الرجل مع حبه إلا أن يطيعه
Karena mendorong seseorang untuk memutuskan tali persaudaraan atau berbuat suatu maksiat terhadap Tuhannya, karena cintanya kepada istri dan anak-anaknya terpaksa ia menaatinya dan tidak kuasa menolaknya.
Faktanya, banyak anak laki-laki terputus oleh kelurganya disebabkan oleh prilaku seorang istri. Tersebab istri yang merasa telah memiliki suaminya, maka bagi istri, suami adalah miliknya tunggal. Maka siapapun tidak boleh memiliki. Padahal seorang suami dalam Islam pada hakikatnya ialah masih milik orang tuanya, yang mana suami memiliki kewajiban berbakti kepada kedua oraang tuanya.
Seorang suami juga milik agamanya, maka kewajiban berdakwah bahkan berjihad jika diperlukan, wajib baginya untuk menjalankannya. Bahkan jika memungkinkan, seorang suami juga milik wanita lain. Artinya, jika kondisinya memungkinkan untuk berpoligami dan bisa adil, maka wanita lain pun berhak untuk memilikinya. Namun semua ini jarang disadari seorang istri, bahkan yang terjadi justru sebaliknya. Seorang laki-laki jika sudah menjadi suami, maka ia milik tunggal istri, bahkan ayah dan ibunda suami dilarang memiliki. Inilah yang bisa menyebabkan istri sebagai musuh di akhirat tersebab telah memutus shilaturrahmi.
Seorang suami dapat menjadi durhaka kepada Allah juga disebabkan oleh istri dan anaknya. Hanya lantaran untuk memenuhi keinginan istri atau anak yang amat dicintai, seorang suami berani bermaksiat kepada Allah. Hal demikian banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, lantaran si istri ingin dipandang cantik jika keluar rumah, maka suami dituntut membelikan peralatan kencatikan. Padahal jelaslah hukum seorang istri mempercantik dimuka umum adalah haram. Maka suami demikian yang membiayai istrinya, sama saja merdhoi istrinya bermakshiat, maka suamipun sama bermakshiatnya dengan si istri. Bahkan suami yang demikian ini dalam Islam dikatakan sebagai laki-laki dayuts, dosanya besar dan sholatnya tidak diterima.
Imam Mujahid menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh suami diatas adalah sebab rasa cintanya yang berlebihan kepada istri dan anaknya. cinta berlebihan yang mengalahkan cinta kepada Allah dan Rasulullah Saw serta berjuang di Jalan Allah. Cinta demikian adalah cinta yang salah dan dimurkai oleh Allah sebagaimana firman Allah dalam QS Attaubah 24:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik QS Attaubah 24
“Hatta Ya’tiyallah bi Ammri”, “maka tunggulah Allah mendatangkan keputusan-Nya”, maka “keputusan” menurut Ibn Katsir dalam tafsirnya ialah “maka tunggulah siksaan dan balasan-Nya. Tentunya balasan disini tidak hanya berlaku di akhirat saja, namun dikehidupan dunia berupa ketidak tenangan dalam menjalani hidup. Selalu adanya konflik dalam rumah tangga, entah istri atau anaknya durhaka.
Padahal, anak dan istri hakikatnya ialah amanah dari Allah, yang barang siapa menyia-nyiakan amanah tersebut, maka ia akan mempertanggung jawabkan kelak di akhirat nanti.
Rasulullah Saw bersabda: “Cukuplah seseorang berdosa kalau ia sampai menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya”.
Tugas kewajiban seorang suami selain menafkahi kebutuhan dunia, ialah melindungi istri agar selamat dari api neraka. Sebagaimana firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Menyelamatkan anak dan istri dari api neraka adalah dengan jalan mendidiknya dengan ilmu agama, sehiangga menjadi manusia yang beradab dan berilmu. Sehiangga menurut Dr Adian Husaini akan melahirkan manusia yang ideal sebagai “kholifatu fil Ardh” dan pelanjut perjuangan para Nabi.
Para suami, para ayah, marilah segera sadar diri!!. Jika kalian mencintai istri dan anak kalian, lindungi mereka dari api neraka. Didiklah mereka dengan ilmu agama. Jika tidak mampu, titipkan mereka di majlis-majlis ilmu. Ini adalah kewajiban yang tidak ada kata tolelirnya. Atau kalian akan menemukan anak dan istri kalian menjadi musuh-musuh yang akan mencapakkan kalian di jurang api neraka.
Wal Iyyadzu billah.