LOMBOK BUKAN THAILAND, STOP AJUM, STOP NORMALISASI PENYAKIT BANTONG DI MASYARAKAT

Fenomena anomali laki-laki yang meniru, berperilaku, dan berpenampilan layaknya perempuan, atau dalam istilah Lombok dikenal sebagai Bantong, kini semakin mengkhawatirkan.

Bacaan Lainnya

Perilaku yang dianggap menyimpang dan dilarang oleh agama ini justru kian sering muncul di ruang publik, menjadi tontonan, kebiasaan, bahkan perlahan dinormalisasi oleh sebagian masyarakat, sehingga membuka ruang lebih luas bagi perilaku serupa untuk terus berkembang.

Ironisnya, tindakan tersebut tidak hanya dilakukan oleh remaja, beberapa anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar pun sudah menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama. Menyamakan diri dengan lawan jenis, baik laki-laki maupun perempuan, merupakan bentuk penyimpangan yang dapat menjurus pada pelecehan terhadap nilai-nilai keagamaan.

Tokoh masyarakat dan pemuka agama diharapkan lebih proaktif memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat agar tidak memberikan ruang maupun toleransi terhadap anomali Bantong / B4nci / Benc0ng , karena normalisasi perilaku ini dikhawatirkan dapat merusak perkembangan moral generasi muda.

Orang tua juga perlu berperan aktif membimbing anak-anaknya yang mulai menunjukkan kecenderungan feminisme berlebihan, serta menghindari pemberian pujian yang tidak semestinya, seperti memuji “cantik” kepada anak laki-laki, sebagai langkah pencegahan terhadap munculnya perilaku menyimpang tersebut.

Lombok Kita fb

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *