Abu Nawas & Kapolri

LOGICAL FALLACY

Bacaan Lainnya

Teks di bawah disusun berdasarkan ilmu logika khususnya bab Logical Fallacy

ABU NAWAS & KAPOLRI

Oleh Hanif Nurcholis
Pengajar Filsafat Ilmu Pengetahuan

Abu Nawas:
“Wahai Tuan Kapolri, aku mendengar engkau kini menjadi penjaga… ijazah? Bukan penjaga ketertiban dan keamanan?

Kapolri:
“Betul, Abu. Ijazah itu menangis merasa teraniaya karena dibully. Fotokopinya katanya pakai kacamata tempel dan wajahnya berubah-ubah seperti jin pindah wujud.”

Abu Nawas:
“Siapa yang membullynya?”

Kapolri:
“Roy Suryo dan rombongannya.”

Abu Nawas:
“Kalau begitu, suruh saja pemilik ijazah menampakkan ijazah yang asli.”

Kapolri:
“Itu dia masalahnya, Abu…
Kadang yang asli lebih mirip fotokopi,
dan fotokopi lebih mirip orang lain.
Semuanya saling tertukar. Maka pemiliknya takut ketahuan kalau menunjukkan aslinya”

Abu Nawas:
“Lantas kenapa Roy dkk ingin dihukum? Apakah hukum di negaramu ada pasal yang berbunyi barang siapa membuly ijazah dihukum penjara lebih 5 tahun?”

Kapolri:
“Tidak Abu. Negaraku tidak membuat pasal hukum seprimitif itu. Aku hanya menjalankan titah penguasa.”

Abu Nawas:
“Prabowo kah?”

Kapolri:
“Bukan! Tapi Penguasa siluman di negeri ini, Abu.
Dia sudah turun, tapi tetap memerintah.
Sudah pindah istana, tapi masih menguluarkan sabda titah raja dan memegang pulpen sakti dari rumahnya. Kasih instruksi kepada kami dan menteri-menteri lain”

Abu Nawas:
“Ah, negaramu bukan negara hukum,
tetapi negara bayangan di bawah bayang-bayang Raja Siluman.
Ijazahnya bayangan, presidenya bayangan,
yang nyata hanya polisi. Tapi polisinya juga aneh karena mengejar bayangan.”

Kapolri:
“Ya begitu Abu. Banyak bayangan di negaraku, Abu. Aku ya pusing. Bahkan kebenaran pun kehilangan tubuhnya. Tinggal bayangan.”

Abu Nawas tersenyum:
“Kalau begitu, saya yakin yang Bapak tangkap nanti bukan penjahat yang sebenarnya
tapi penjahat yang dibayangkan saja. Demi memuaskan Penguasa Bayangan si Raja Siluman yang haus kekuasaan dan sindrome kekuassan itu.”

Pos terkait