ANCAMAN TOKOH POLITIK BERMUKA DUA
KH. Luthfi Bashori
Orang-orang bermuka dua adalah orang-orang munafik dan tidak jujur, yang selalu memakai topeng karena motifnya yang egois. Mereka menampilkan `satu wajah` pada satu waktu dan ‘wajah lain’ pada saat yang lain pula, padahal perilaku ini merupakan pembohongan publik. Mereka tidak pernah jujur dalam berteman, pekerjaan, atau dalam hubungan kemanusiaan lainnya.
Hampir di setiap era tahun politik, kerap kali bermunculan orang-orang yang bermuka dua. Kata mutiara orang Jawa, “Isuk dele, sore tempe”. Maksudnya, pagi hari masih berupa kedelai, namun di waktu sorenya sudah berupa menjadi tempe.
Ibaratnya, betapa banyaknya tokoh-tokoh politik yang menyampaikan statemen-statemen dan janji politik yang ibarat isuk dele sore tempe, demi mengeruk suara masyarakat agar memilih dirinya, tentu dengan janji-janji manis.
Namun janji itu pada akhirnya hanyalah tinggal janji tanpa realisasi sedikitpun. Janji politik itu selalu manis, semanis gula hingga selalu ramai dikerumuni semut-semut yang kelaparan.
Sayangnya semut=semut tersebut seringkali tidak menyadari bahwa gula-gula politik itu telah dicampur dengan racun-racun yang dapat mematikan, dan akan membunuh semut-semut kelaparan itu perlahan-lahan.
Sedangkan sang tokoh politik yang kerap bermuka dua itu, akan terus menebar pesona, bahkan bila perlu ia akan menjual agamanya sekalipun, demi meraup suara rakyat sebanyak-banyaknya.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa ketika di dunia bermuka dua, kelak di hari Kiamat ia akan memiliki dua lisan dari api.” (HR. Imam Abu Daud melalui Sayyidina ‘Ammar RA).
Hadits ini mengecam keras terhadap tokoh-tokoh yang bermuka dua atau bersifat munafik. Kelak di hari Kiamat akan dibangkitkan, sedangkan ia memiliki dua lisan yang akan membakar dirinya.