ANTARA KYAI & SADAH BA’ALAWI BARTER ILMU

Assyaikh Az-Zarnuji menukil perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib:

Bacaan Lainnya

أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِى حَرْفًا وَاحِدًا: إِنْ شَآءَ بَاعَ وَإِنْ شَآءَ أَعْتَقَ وَإِنْ شَآءَ اِسْتَرَقَّ (تعليم المتعلم)

“Aku adalah budaknya orang yang telah mengajariku satu huruf, kalau mau, bolehlah ia menjualku, kalau mau, boleh juga ia memerdekakan aku, atau kalau mau, bolehlah ia tetap memperbudakkan aku. (Kitab Ta’lim al-Muta’allim).

Walaupun satu dua bab, Alhamdulillah saya pernah belajar ilmu agama di kelas pesantren kepada beberapa guru dari kalangan Sadah Ba’alawi, antara lain:

  1. Hb. Salim Assegaf (Makkah).
  2. Hb. Zain bin Ibrahim Bin Sumaith (Madinah)
  3. Hb. Muhammad bin Aidrus Alhaddad
  4. Hb. Sholeh bin Ahmad Al-Aidrus
  5. Hb. Aidrus Al-Aidrus.
  6. Hb. Thohir bin Abdullah Alkaaf.
  7. Hb. Muhammad Hafidz Al-Aidrus
  8. Hb. Abdullah Maulahela.
  9. Hb. Hamid bin Abdullah Alkaaf.
  10. Hb. Abdullah Fad’aq (Makkah).

Mereka itulah guru-guru yang pernah mengajar langsung saya pribadi, saat saya belajar di pesantren. Tentu masih ada lainnya, tapi penyebutan 10 nama itu sudah cukup untuk mewakili.

Adapun ada beberapa kalangan Sadah Ba’alawi yang menitipkan putranya di pesantren saya, tentu tidak akan saya sebutkan nama-nama mereka secara utuh, karena saya juga akan sulit mengingat-ingat semuanya, namun di antaranya adalah:

  1. Sayyid/Habib Zein bin Abdullah Ba’abud, Lawang yang video pengajiannyanya cukup banyak di youtebe dan akun lainnya.
  2. Ada juga dari marga Al-Aidrus.
  3. Dari marga Al-Hamid.
  4. Dari marga Al-Atthas.
  5. Dari marga Bin Syaikh Abu Bakar
  6. Dari marga Ba’agil
  7. Dari marga Bin Agil
  8. Dari marga Asseggaf
  9. Dari marga Maulad Dawilah.
  10. Dari marga Alhaddad.

Tentu masih ada lagi dari marga lainnya, yang tidak mungkin saya ingat satu persatunya, apalagi jika dihitung sejak saya pulang dari Makkah th 1991 yang lampau, dan mengajar di pesantren serta di beberapa Majelis Ta’lim.

Jadi, sinergi antara keluarga Habaib Ba’alawi dengan keluarga Kyai itu sudah ada sejak jaman dahulu kala, bahkan jauh-jauh hari sebelum jaman kemerdekaan bangsa Indonesia. Tradisi ini sangat perlu untuk dilestarikan.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد
اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله وصحْبه وسلِّم

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *