Buah Hati Kesayangan

BUAH HATI DAN KESAYANGAN

Oleh Kh. Luthfi Bashori

Setiap anak kecil itu akan menjadi buah hati bagi kedua orang tuanya, dan kesayangan bagi keluarga serta lingkungannya. Pada hakikatnya anak itu sendiri berasal dari pelayan surga. Untuk itulah jika ada anak itu meninggal dunia sebelum usia baligh, maka ia akan kembali menjadi pelayan surga, sebagaimana asal mula sebelum ia dilahirkan ke dunia.

Dalam masalah ini Rasulullah SAW menerangkan: “Anak adalah buah hati, dan berasal dari raihan (pelayan) surga.” (HR. Imam Turmudzi).

Maksud raihan dalam hadits ini adalah sinonim dengan wildan dalam firman Allah yang artinya: “Mereka dikelilingi oleh wildan (anak-anak muda) yang tetap muda, dengan membawa gelas (piala), teko, dan minuman yang diambil dari air yang mengalir (di surga).” (QS. Al-Waqi’ah: 17-18).

Anak itu juga adalah modal yang sangat besar bagi kedua orang tua yang menyadari bahwa dirinya selalu bertijarah (berdagang) dengan Allah untuk ‘membeli’ surga.

Jika ada orang tua yang pandai memanfaatkan keberadaan anak dalam lingkungan kehidupannya untuk kepentingan dan kemashlahatan ukhrawinya, maka orang tua tersebut terhitung sangat beruntung, ibarat seseorang yang sedang berdagang lantas ia mendapatkan laba dan keuntungan yang berlipat ganda.

Di antara cara menjadikan anak sebagai modal utama bagi orang tua dalam meraih kebahagian akhirat, hendaklah setiap orang tua yang memilik anak itu harus benar-benar serius dalam menjaga dan mendidik anak, agar sang anak menjadi orang yang shalih, memahami ajaran syariat Islam secara baik dan benar, menjadi ahli ibadah, lantas selalu membimbing dan mengarahkan sang buah hati itu, agar tidak salah dalam menentukan pergaulan di tengah masyarakat yang hitrogen.

Sungguh rugi bagi orang tua yang menyia-nyiakan keberadaan anaknya, dan tidak memberikan kepedulian terhadap pendidikan keagamaan, hingga sang anak sekalipun menjadi anak muslim tapi bodoh terhadap syariat Islam, apalagi jika buah hatinya itu menjadi anak nakal dan enggan beribadah kepada Allah, tentu ancaman Allah cukup pedih bagi orang-orang tua yang menelantarkan anak-anaknya dalam segala bidang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *