CERITALAH MIMPI HANYA KEPADA ULAMA
Oleh KH. Luthfi Bashori
Jaman sekarang yang dikenal sebagai era digital, dan menjamurnya akun media social, maka hampir segala sesuatu yang didapati oleh para pemilik akun itu akan diposting di media mereka masing-masing. Bahkan tak jarang untuk urusan yang sifatnya privasi karena termasuk aib pribadi juga diungkap dan diposting untuk konsumsi publik.
Banyak dampak buruk yang dirasakan oleh masyarakat, khususnya umat Islam, baik secara langsung maupun tidak langsung, hingga betapa sulitnya untuk menfilter hal-hal yang negatif terkait dengan postingan-postingan yang tidak mendidik.
Bahkan dalam dunia Islam pun, ada di kalangan umat Islam hingga tokoh-tokohnya, yang kurang paham terhadap aturan syariat, sekalipun mereka berbicara agama, namun hakikatnya telah melanggar ajaran Nabi Muhammad SAW.
Contohnya, Nabi Muhammad SAW melarang seseorang yang bermimpi melihat sesuatu yang luar biasa, lantas menceritakan di depan publik, tetapi hendaklah ia menyampaikan mimpinya itu kepada orang alim.
لَا تَقُصَّ الرُّؤْيَا إِلَّا عَلَى عَالِمٍ اَوْ نَاصِحٍ
“Janganlah menceritakan mimpimu kecuali kepada orang yang alim atau orang yang sayang kepadamu.” (HR. Tirmidzi).
Yang dimaksud dengan orang alim dalam hal ini adalah orang alim yang ahli takwil mimpi. Menceritakan mimpi tidak boleh kepada sembarangan orang, karena orang yang menceritakan mimpinya kepada para pendengki atau yang tidak suka kepadanya, maka rawan berakibat buruk.
Dalam surat Yusuf dikisahkan pula bahwa Nabi Ya’qub AS berpesan:
قَالَ يَبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوُّمُّبِيْنٌ
“Ayahnya berkata, Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membiasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf, 5).
Namun sayangnya peringatan dari Al-Quran dan Hadits ini masih sering dilanggar oleh umat Islam, bahkan oleh tokoh-tokoh mimbar yang berceramah di depan khalayak umum.
Mereka tidak segan-segan menceritakan sesuatu yang semestinya bersifat privasi, terutama yang terkait dengan mimpi, diumbar demikian saja dengan secara tidak bijak, hingga menimbulkan gejolak pro-kontra di tengah masyarakat.