KH. Luthfi Bashori
Menahan amarah itu cukup sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah pergaulan masyarakat, bahkan betapa mudahnya masyarakat itu akan tersulut amarahnya.
Bahkan terkadang karena urusan sepele saja, seperti hanya karena menjaga gengsi pribadi, tidak jarang kesalahfahaman dapat menyulut kemarahan hingga berakhir dengan pertengkaran dan keributan.
Padahal, seseorang yang mampu menahan amarah, jika penyebab kemarahan tersebut hanya masalah gengsi pribadi, bukan marah demi menjaga marwah simbul-simbul keislaman, maka Allah akan memberi kebaikan bagi dirinya.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa dapat memendam atau menekan kemarahannya padahal ia mampu untuk melampiaskannya, niscaya Allah memenuhi kalbunya dengan perasaan aman dan keimanan.” (HR. Imam Ibnu abud Dun-ya melalui Sayyidina Abu Hurairah RA)
Dalam riwayat ini disebutkan bahwa hati seseorang itu akan dipenuhi dengan rasa aman dan iman, jika ia dapat dan mampu menahan emosi dan amarah.
Karena amarah itu berasal dari setan, apabila seseorang berhasil mengalahkan setannya, berarti hatinya penuh dengan keimanan.
Di antara cara untuk mengalahkan setan yang telah menguasai dirinya lewat sikap emosi dan amarah itu adalah dengan berwudlu. Karena setan itu diciptakan dari api, maka untuk meredam api yang bernyala-nyala salah satu caranya adalah dengan menyiram air. Jadi dalam bab meredam amarah itu yang paling tepat adalah dengan berwudlu.
Sumber: pejuangislam