Annajah Center Sidogiri (ACS) mengadakan seminar ilmiah dengan tema “Liberalisme di Tubuh NU, Sejarah Sepak terjang dan Infiltrasi Pemikirannya,” Ust. Muhammad Idrus Ramli, Dewan Pakar Aswaja Center Jatim membongkar kedok dan doktrin liberalisme dalam tubuh NU di depan ratusan aktivis ACS.
Bercokolnya pemikiran liberalisme di tubuh ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU), merupakan problem serius dan ancaman besar bagi akidah warga Nahdliyin. Untuk membendung kekhawatiran semakin meluasnya paham-paham sekuler-liberal di tubuh NU, Pondok Pesantren Sidogiri sebagai benteng Ahlusunah wal Jamaah (Annajah) terus berupaya menggenjot santri-santrinya melawan arus pemikiran ngawur itu.
Menurut analisisnya, ciri khas liberalisasi pemikiran yang becokol di tengah-tengah umat Islam dapat diidentifikasi dengan lima hal; 1) Penyebaran doktrin relativisme 2) Melakukan kritik al-Qur’an 3) Penyebaran paham pluralisme agama 4) Mendekonstruksi syariah 5) Penyebaran faham feminisme dan gender.
“Parahnya lagi, liberalisme telah masuk ke dalam lingkungan NU melalui para pemikir NU yang cenderung liberal, media massa NU, kitab-kitab kuning mulai diliberalisasi, dan keputusan Bahtsul Masail NU rupanya menjadi sasaran liberalisasi guna mem-Barat-kan khasanah pesantren,” tukas alumnus PPS tersebut.
Liberalisasi kitab kuning dilakukan para tokoh sekuler-liberal dengan pelbagai upaya, di antaranya; Tahqiq (pemeriksaan secara seksama dan detil), Ta’liq (komentar), Takhrij (autentifisikasi sumber hadits suatu kitab), Syarh (komentar luas) dan Dirasah (studi dan penelitian).
Di antara kitab kuning yang berupaya diliberalisasi dengan cara tahqiq adalah kitab Ta’limul-Muta’allim karya Burhanuddin al-Zarnuji. Durrat al-Nashihin karya Syaikh Syakir al-Khaubari, dan ‘Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain karya Syaikh Nawawi Banten.
“Pada November 2001, FK3 (Forum Kajian Kitab Kuning, Jakarta Selatan) menerbitkan buku ‘Wajah Baru Relasi Suami-Istri, Telaah Kitab ‘Uqud al-Lujjayn karya Syaikh Nawawi Banten.’ Buku yang diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta dengan tebal 210 halaman; 14.5 x 21 cm ini merupakan salah satu upaya liberalisasi melalui tahqiq. Kontan, nama Syaikh Nawawi Banten tercemar lewat buku ngawur tersebut,” ujar KH. Idrus Ramli, Kiai muda yang getol membendung pemikiran sempalan di luar Ahlusunah wal Jamaah.
Sumber : sidogiri