Pemikiran Liberal Ulil Absar Abdalla Dibawah Sampai Ke Tambang

“Tugas saya bukan menenangkan umat. Tugas saya justru mengguncang kenyamanan mereka dalam beragama.”

Kalimat ini bukan sekadar seloroh. Ini adalah deklarasi perang pemikiran dari Ulil Absar Abdalla — tokoh sentral dalam gerakan Islam Liberal Indonesia. Seorang yang mengaku datang bukan membawa kedamaian, melainkan guncangan.

Dan benar saja. Guncangan itu terasa hingga hari ini. Terbaru, Ulil menyatakan bahwa seluruh tambang di Indonesia berdampak maslahat. Bahkan sempat difacebook kemarin, Ulil menyentil kalau orang orang yang nggak suka tambang itu sama saja “Wahabi lingkungan.”

Siapa Ulil sebenarnya ?
Sosok yang pernah bilang Jilbab tidak wajib ?
Sosok yang memiliki tempat di organisasi NU tapi dia sendiri seringkali mengkritisi ajaran ajaran Islam ?

🏫 Dari Pesantren ke Boston: Lintasan Intelektual Ulil

Ulil lahir di tengah lingkungan pesantren di Pati, Jawa Tengah. Ayahnya, KH Abdullah Rifa’i, adalah ulama berpengaruh. Ia nyantri di LIPIA, lalu menekuni filsafat di STF Driyarkara. Tapi loncatan intelektualnya benar-benar meledak ketika kuliah S2 dan S3 di Boston University, Amerika Serikat.

Di sanalah ia menyerap pemikiran modern Barat: liberalisme, humanisme, hermeneutika, hingga kritik teks. Dan dari sanalah, keyakinan tradisional yang ia warisi mulai digugat habis-habisan.

📜 Jejak Ucapan: Dari Tulisan ke Fatwa Sesat

Tahun 2002 adalah tahun gempa tafsir. Melalui artikelnya yang berjudul “Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam” di Harian Kompas, Ulil melempar granat ke ruang tafsir umat Islam. Ia menyatakan:

• Semua agama sama benarnya
• Islam tidak memiliki hak untuk mengklaim diri paling benar
• Ayat-ayat diskriminatif dalam Al-Qur’an harus ditafsir ulang dengan pendekatan HAM
• Syariat Islam bukan solusi umat, tapi bentuk kemalasan berpikir
• Jilbab Tidak Wajib
• Ulil mengajukan draft KHI Baru berisi Menolak Poligami, menawarkan konsep Iddah bagi laki-laki, dan banyak lagi berkaitan perdata rumah tangga.

📣 Kontroversi pun meledak.
Majelis Ulama Bandung (FUUI) mengeluarkan fatwa sesat. FPI turun ke jalan. MUI menyusul dengan fatwa yang melarang paham pluralisme, liberalisme, dan sekularisme.

“Fatwa MUI itu ibarat memukul hantu yang sebenarnya tak ada. Sebab, pluralisme yang kita pahami bukan semua agama sama,”respon Ulil

Tapi Ulil tidak surut. Ia malah makin vokal.

🧠 JIL dan Narasi “Islam Baru”

Ulil mendirikan Jaringan Islam Liberal (JIL) bersama Luthfi Assyaukanie, Nong Darol Mahmada, dan lainnya. Misi mereka: melawan ortodoksi dan membuka ruang tafsir baru.

Mereka mengusung:
• 📍 Pluralisme Agama: Memandang semua agama setara
• 📍 Kesetaraan Gender: waris sama, poligami dibatasi
• 📍 Hermeneutika Qur’an: teks harus dikontekstualkan
• 📍 Menolak Negara Islam: “Islam tidak butuh negara”

📢 Kata Ulil:

Menurut saya, tidak ada yang disebut hukum Tuhan dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan oarang Islam. misalnya hukum Tuhan tentang pencurian, jual-beli, pernikahan, pemerintahan dan lain-lain” (Kompas, 18 November 2002)

“Mengajukan syariat Islam sebagai solusi atas semua masalah adalah bentuk kemalasan berpikir. Bahkan bisa jadi pelarian dari tanggung jawab.”
(📖 Kompas, 18 November 2002)

“Perempuan Muslimah boleh menikah dengan non-Muslim. Hambatan nikah beda agama itu bukan teologis, tapi sosial.”
(📖 Gatra, 21 Desember 2002)

“Semua agama sama. Semuanya menuju ke jalan kebenaran. Jadi, Islam bukan yang paling benar. Pemahaman serupa terjadi di Kristen selama berabad-abad. Tidak ada jalan keselamatan di luar gereja. Baru pada 1965 masehi, Gereja Katholik di Vatikan merevisi paham ini. Sedangkan Islam, yang berusia 1423 tahun dari hijrah Nabi, belum memiliki kedewasaan sama dengan Katholik.” (Gatra, 21 Desember 2002)

🚨 Ketika Umat Islam Marah, Ulil Malah Membela Goyang Ngebor 🚨

Tahun 2003, jagat Indonesia gaduh.

Inul Daratista muncul dengan joget “ngebor”-nya di televisi.
Para ulama bersuara.
Tokoh agama mengecam.
MUI angkat bicara.
Mereka sepakat:
⚠️ Joget erotis bukan kebebasan. Tapi kerusakan moral!

Tapi di tengah suara umat,
muncul satu suara sumbang yang melawan arus.

📢 Ulil Absar Abdalla — si juru tafsir liberal —
bukan hanya membela Inul,
tapi juga menyerang agama yang ingin menertibkan.

Kata Ulil:

“Agama tidak bisa seenak udelnya sendiri masuk ke dalam bidang seni. Agama harus tahu batas-batasnya.”
(Pengantar buku “Mengebor Kemunafikan: Inul, Seks, dan Kekuasaan”)

Batas-batasnya?

📛 Agama dibatasi?
📛 Ulama disuruh diam?
📛 Maksiat dibela atas nama kebebasan?

👊 Saat umat sedang marah,
Ulil malah membela syahwat.

📣 Katanya: ini ekspresi!
📣 Katanya: agama jangan ikut campur!
📣 Katanya: yang munafik itu yang marah!

⚠️ Dari Kritik Ulama ke Pembela Tambang

Setelah dua dekade mengguncang tafsir agama, kini Ulil tampil membela kebijakan pemerintah dalam membagikan konsesi tambang kepada ormas keagamaan. Dalam salah satu pernyataannya, ia menyebut:

“Tambang ini maslahat. Dalam logika Islam klasik seperti Al-Ghazali pun, maslahat adalah dasar hukum.”

Sekilas terdengar “ilmiah”. Tapi coba buka Ihya Ulumiddin. Tak akan ditemukan legitimasi tambang, nikel, batu bara, atau hilirisasi ekonomi.

Apa yang Ulil lakukan hari ini bukan lagi menguji tafsir agama tapi justru membajak dalil agama untuk membenarkan kepentingan penguasa.

🎯 Penutup: Dari Guncangan Tafsir ke Pembela Kekuasaan

Dulu Ulil datang membawa guncangan. Ia menantang cara kita beragama. Ia menggugat narasi tunggal. Ia bahkan rela dibenci karena pikirannya.

Tapi kini — ia justru hadir sebagai pembela kekuasaan.
Mengutip kitab suci demi tambang. Meminjam nama Imam Ghazali demi konsesi. Menjual maslahat untuk menghalalkan eksploitasi.

Jika dulu ada Ihya Ulumiddin kitab yang menghidupkan ilmu-ilmu agama,
Maka hari ini, lahirlah Ihya Ulumil Ma’adin — kitab fiksi yang menghidupkan dalil-dalil tambang.

Dan sayangnya, umat pun kembali diguncang
bukan oleh kejujuran intelektual, tapi oleh kepandaian membungkus kerakusan dengan bahasa maslahat.

———————-
Orang orang semacam Ulil itu banyak, mereka bukan politikus tapi agamawan namun sayang alih alih ilmunya digunakan memperjuangkan syariat justru merobohkan nilai-nilai agama.

Kalau postingan ini rame kita spil satu satu dalam episode nama nama Ulama Liberal di Indonesia, pastikan kamu follow Ngopidiyyah biar gak ketinggalan.

Sumber : ngopidiyyahfb

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *