Bolehkah Seorang Ayah Memandikan Putrinya Yang Masih Batita/Balita? Dari Umur Berapa Batasan Interaksi Ayah Dengan Anak Perempuannya? Begini Penjelasannya

Konsultasi Agama Bersama KH. Luthfi Bashori

Bacaan Lainnya

PENANYA :

Pak kyai boleh ngga seorang bapak memandikan anak perempuanya yg baru berusia 1th setengah?
Istri terkadang kerepotan ngurus anak yg ke 2 baru 2 bulan

JAWABAN :

Pendapat para Ulama, batasan akhir ayah boleh melihat aurat putrinya itu secara umum pada usia 7 tahun, kecuali jika badan putrinya itu bongsor (terlalu cepat besar/dewasa) dan membangkitkan nafsu syahwat.

Kanak-kanak yang belum mencecah usia mumayyiz (0-7 tahun) tidak sabit hukum berkaitan auratnya. Seorang ayah masih boleh menguruskan anak kecil perempuan dengan batasan tidak boleh khusus melihat aurat anaknya dibagian kemaluan, dan haram melihat aurat anak kecil wanita yang disertai syahwat.

Manakala seorang ibu pula boleh melihat dan memegang alat kelamin anak lelaki dan anak wanita sewaktu masih dalam tempo menyusu dan asuhan di saat mendesak.

Firman Allah SWT:

أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ

Maksudnya: “Atau anak-anak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan” Surah Nur (31)

Anak-anak tidak mengetahui batasan aurat, apabila mereka sudah mengetahui tentang batasa aurat, maka mereka dituntut untuk menutup aurat.

Mazhab Syafi’i berpandangan orang dewasa boleh melihat aurat anak-anak wanita berdasarkan pandangan yang muktamad seperti yang disebut dalam kitab Tuhfaj Muhtaj:

وَالْأَصَحُّ حِلُّ النَّظَرِ (إلَى صَغِيرَةٍ) لَا تُشْتَهَى كَمَا عَلَيْهِ النَّاسُ فِي الْأَعْصَارِ وَالْأَمْصَارِ

“Pendapat paling sahih, boleh melihat aurat anak kecil wanita yang tidak menimbulkan syahwat menurut amalan masyarakat pada setiap zaman dan tempat.”

Melihat aurat anak-anak kecil wanita dibenarkan kecuali faraj dan dilarang menyentuhnya melainkan pada situasi yang mendesak, ketika mengasuh seperti membersihkan kemaluan yang bernajis. Perkara ini dinyatakan oleh Sheikhul Islam Zakaria al-Ansori di dalam karya Fath al-Wahab Bi Syarh Minhaj al-Thulab:

” وَحَلَّ بِلَا شَهْوَةٍ نَظَرٌ لِصَغِيرَةٍ ” لَا تُشْتَهَى ” خَلَا فَرْجٍ ” لِأَنَّهَا لَيْسَتْ فِي مَظِنَّةِ شَهْوَةٍ أَمَّا الْفَرْجُ فَيُحَرَّمُ نَظَرُهُ وَقَطَعَ الْقَاضِي بِحِلِّهِ عَمَلًا بِالْعُرْفِ وَعَلَى الْأَوَّلِ اسْتَثْنَى ابْنُ الْقَطَّانِ الْأُمَّ زَمَنَ الرَّضَاعِ وَالتَّرْبِيَةِ لِلضَّرُورَةِ أَمَّا فَرْجُ الصَّغِيرِ فَيَحِلُّ النَّظَرُ إلَيْهِ مَا لَمْ يُمَيِّزْ كَمَا صَحَّحَهُ الْمُتَوَلِّي وَجَزَمَ بِهِ غَيْرُهُ وَنَقَلَهُ السُّبْكِيُّ عَنْ الْأَصْحَابِ

“Halal melihat kanak-kanak wanita kecil yang tidak menimbulkan syahwat selagi tidak menimbulkan gelora nafsu. Tetapi hukum melihat kemaluan anak-anak adalah haram. Al-Qadhi memutuskan bahwa keharusannya berdasarkan amalan ‘uruf/kebiasaan masyarakat setempat.

Pos terkait