DUSTA YANG DIKECUALIKAN

Oleh KH. Luthfi Bashori

Bacaan Lainnya

Rasulullah SAW bersabda: Setiap perbuatan dusta (bohong) yang dikerjakan anak Adam dicatat (dosa), kecuali tiga macam (kedustaan), yaitu seseorang yang berdusta dalam perang, karena perang itu tipuan (strategi); seseorang yang berdusta kepada istrinya agar ia menjadi rela; dan seseorang yang berdusta terhadap dua orang (yang bersengketa) demi untuk mendamaikan keduanya. (HR. Ibnus Sunni).

Dusta itu merupakan perbuatan dosa besar, tetapi ada pengecualiannya dalam tiga keadaan, yaitu berdusta dalam medan perang. Sebagaimana diketahui perang melawan musuh agama itu membutuhkan kemenangan, dan demi memenangkan pertempuran maka perlu diatur strategi sedemikian rupa, bahkan perlu juga untuk menipu lawan.

Strategi menipu lawan inilah yang dikatakan sebagai dusta atau bohong yang diperbolehkan dalam Islam, bahkan jika mendapat pahala jika berniat memperjuangkan agama Allah.

Berdusta terhadap istri untuk membuatnya menjadi rela, misalnya seorang suami yang bekerja mati-matian, bahkan hingga meminjam uang kepada beberapa koleganya, namun tatkala ditanya oleh istri, ia menjawab telah bekerja di tempat yang layak untuk menghidupi keluarganya, hingga istri dan anak-anaknya merasa tenang.

Demikian juga berdusta untuk mendamaikan dua orang yang sedang bermusuhan. Semisal juru damai itu mengatakan, “Alhamdulillah, si Fulan ingin meminta maaf kepadamu, jika engkau perkenankan !”, demikian juga dilakukan kepada pihak musuh, padahal aslinya tidak ada ucapan permintaan maaf itu.

Ketiga dusta ini disebut sebagai dusta putih yang tidak berimplikasi dosa, sedangkan dusta lainnya disebut dusta hitam atau dusta orang yang berdosa.

Pos terkait