KELUARGA BESAR NU GARIS LURUS BERDUKA ATAS WAFATNYA KH. THOIFUR MAWARDI

إنا لله وإنا إليه راجعون  أعظم الله أجركم، وأحسن عزاءكم، وغفر لميتكم  و أسكنه الجنة برحمته و يرزقه شفاعة رسول الله صلى الله عليه و سلم وأسلافنا الصالحين.   اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه. اللهم اجعل قبره روضة من رياض الجنان، ولا تجعل قبره حفرة من حفر النيران،   اللهم ضاعف حسناته، وتجاوز عن سيئاته، وارفع درجاته، مع النبيين والمرسلين والشهداء والصالحين.آمين

Bacaan Lainnya

Keluarga Besar NU Garis Lurus Berduka Atas Wafatnya KH. Thoifur Mawardi (19/8).

jenazah akan dimakamkan besok Rabu (20/8) pukul 11.00 WIB di area Pondok Pesantren Darut Tauhid, Kedungsari, Purworejo, Jawa Tengah.

PROFIL SINGKAT SYAIKHUNA ABUYA KH. THOIFUR MAWARDI

memiliki nama lengkap KH Muhammad Thoifur Mawardi tersebut lahir di Purworejo pada 8 Agustus 1955. Putra dari KH.R. Mawardi ini merupakan pengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Purworejo.

Ribuan santri telah menjadi lulusan ponpes yang diasuhnya. Bahkan, belasan cabang Ponpes Daarut Tauhid juga berdiri di berbagai sudut Purworejo.

Doa-doa yang dipanjatkan oleh Abuya Thoifur Mawardi selalu mustajab, sehingga banyak ulama dan kyai yang meminta untuk didoakan beliau. Selain itu, beliau juga dijuluki sebagai kitab berjalan dikarenakan banyak habib dan ulama yang memberikan rasa hormat wattakriman terhadapnya.

Abuya Thoifur, di dalam hidupnya beliau menuntut ilmu di Jawa, seperti di Pondok Lasem Rembang, Pondok Sugihan Kajoran Magelang, serta yang masyhur adalah di Rushoifah yang langsung berguru kepada Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki ( Imam Ahlusunnah Waljamaah ).

KISAH DI BALIK SUMUR THOIFUR DI MEKKAH

Di Rusaifah, sebuah pesantren di Kota Makkah yg didirikan oleh Sayyid Muhammad Al-Maliki, ada sebuah sumur yang diberi nama “bi’ru Thoifur” yang berarti sumur thoifur. Hingga kini Sumur itu menjadi sumber air utama bagi para santri di pesantren. Nama Thoifur yang melekat pada sumur itu ternyata merujuk pada ulama asal Purworejo yaitu KH Muhammad Thoifur Mawardi.

Saat KH Thoifur Mawardi berguru pada Sayyid Muhammad Al Maliki di pesantren Rusaifah. Suatu kali Pesantren dilanda kurang air dan saking sulitnya air, Abuya Thoifur pernah tidak mandi berhari-hari.

Suatu malam, Kiai Thoifur bermimpi melihat sumber air tak jauh dari pesantren. Ketika dia berusaha menimba air dari sumber itu, tarikan timba terasa begitu berat. Setelah timba berhasil ditarik ke atas, Kiai Thoifur kaget ternyata melihat sosok Nabi Muhammad ﷺ di atas timba.

Ketika mimpi itu diceritakan kepada gurunya Sayyid Muhammad. Sang guru pun memerintahkan Kiai Thoifur untuk menggali tanah di posisi yang persis dalam mimpinya.

Baru 2 meter menggali, munculah sumber air yang airnya terus dipakai hingga kini. Sebab itulah, sumur itu dinamai bi’ru Thoifur yang berarti sumur yang ditemukan Kiai Thoifur.

Tak hanya soal sumur, bila sedang ingin mendengar pendapat dari Nabi Muhammad ﷺ akan suatu perkara, Sayyid Muhammad akan meminta Kiai Thoifur yang bertanya langsung kepada Rasulullah ﷺ.

Bila Rasulullah ﷺ merestui, Sayyid Muhammad akan langsung mengerjakannya. Namun bila tak direstui, Sayyid Muhammad akan mengikuti arahan dari Nabi yang disampaikan lewat muridnya itu.

Pos terkait