Kritik Gus Nadir soal Ambruknya Ponpes Al Khoziny: Kita Kerap Berlindung dari Kalimat ‘Sudah Takdir’

Peristiwa tragis ambruknya pondok pesantren (ponpes) Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur ikut disorot oleh cendekiawan muslim sekaligus tokoh Nahdlatul Ulama (PBNU) Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir.

“Padahal Allah memberi akal untuk menghitung beban, memberi aturan demi keselamatan, dan ilmu agar kita tak membangun di atas kesalahan. Bila itu diabaikan lalu kita menyebutnya “musibah”, bukankah itu bentuk kezaliman terhadap amanah-Nya?” sambungnya.

Bacaan Lainnya

Dosen di Universitas Melbourne itu mencurigai ada unsur kelalaian di balik tragedi robohnya bangunan ponpes Al Khoziny yang telah merenggut nyawa sejumlah santri.

Lewat cuitan di akun X pada Kamis (2/10/2025), Gus Nadir memberikan sentilan keras terkait dugaan kelalaian di balik ambruknya ponpes Al Khoziny itu.

“Musibah runtuhnya Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo bukan sekadar ambruknya beton dan besi. Ini runtuhnya kelalaian yang disembunyikan di balik jargon keikhlasan. Takdir memang kuasa Tuhan, tapi kelalaian adalah pilihan manusia,” tulisnya dikutip pada Jumat (3/10/2025).

Menyikapi peristiwa tragis di Ponpes Al Khoziny, Gus Nadir menyinggung soal kebiasaan buruk manusia yang kerap mengucap ‘suratan takdir’ untuk menutupi kesalahan.

“Kita sering berlindung di balik kalimat “sudah takdir”, seolah-olah Tuhan yang disalahkan atas kecerobohan kita,” tulisnya.

“Padahal Allah memberi akal untuk menghitung beban, memberi aturan demi keselamatan, dan ilmu agar kita tak membangun di atas kesalahan. Bila itu diabaikan lalu kita menyebutnya “musibah”, bukankah itu bentuk kezaliman terhadap amanah-Nya?” sambungnya.
Lebih lanjut, Gus Nadir juga menyinggung soal masalah cara berpikir seseorang.

“Masalah kita juga ada pada cara berpikir: menganggap rencana bisa diganti niat baik, prosedur diganti doa, dan keselamatan digadaikan demi percepatan,” cuitnya.

Lebih lanjut, Gus Nadir juga menyebut bangunan pesantren bukan hanya diperuntukkan untuk menimba ilmu, tapi juga untuk memberikan rasa nyaman dan aman bagi para santri.

Di akhir cuitannya, Gus Nadir turut menuturkan doa bagi para santri yang menjadi korban dari runtuhnya Ponpes Al Khoziny.

“Di antara reruntuhan itu, ada darah yang berserak, tubuh yang remuk, air mata dan jeritan. Santri datang mencari cahaya, bukan untuk terkubur di reruntuhan pondok,” tulisnya.

Diketahui, proses evakuasi terhadap santri yang menjadi korban reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny masih terus dilakukan tim SAR. Kini, operasi pencarian telah memasuki tahap evakuasi korban meninggal dunia dengan mengerahkan alat berat.

Hingga Jumat (3/10) pagi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total 108 orang korban telah dievakuasi.

Dari jumlah tersebut, 103 orang dinyatakan selamat dan 5 orang tewas, sementara 59 orang lainnya masih dalam pencarian.

Sumber : suara

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *