Kenapa banyak orang mengkritik NU dan MU jika kedua ormas besar ini menerima izin usaha pertambangan?
Karena mereka merasa bahwa NU dan MU adalah “kekuatan moral terakhir” yang akan tegar di hadapan politik pragmatis saat ini.
Mereka seperti kalut jika ternyata, para kyai, ustadz, rujukan mereka dalam agama, goyah di hadapan godaan material dari penguasa. Karena setelah itu, mereka seolah tidak punya kompas lagi di hadapan ketidak-menentuan saat ini.
Mereka tahu kondisi serba tidak mudah, berkaitan dengan ekonomi, sosial dan budaya. Namun jika teladan mereka tegar, mereka merasa masih ada suluh yang menyala. Tapi jika tali pegangan itu ternyata ikut putus, mereka tidak tahu, sepragmatis apa mereka boleh bertindak di situasi macam ini.
(Oleh: Anton Ismunanto)