Menurut Buya Yahya, kondisi ini tidak bisa dipandang remeh. Ia menyebut kebiasaan belanja berlebihan tanpa kebutuhan yang mendesak merupakan bentuk syahwat yang menjangkiti banyak orang.
Di era digital yang semakin canggih, masyarakat dimanjakan dengan beragam tawaran diskon, promo, dan flash sale yang hadir hampir setiap saat di layar gawai mereka. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran akan pola konsumsi yang tidak sehat.
Kebiasaan membuka aplikasi belanja daring kini bukan hanya dilakukan untuk kebutuhan pokok, namun telah menjadi semacam hiburan yang memicu keinginan untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan.
Pendakwah yang juga pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya angkat suara terkait maraknya perilaku konsumtif yang dipicu oleh jebakan promo dan diskon besar-besaran di platform belanja daring.
Menurut Buya Yahya, kondisi ini tidak bisa dipandang remeh. Ia menyebut kebiasaan belanja berlebihan tanpa kebutuhan yang mendesak merupakan bentuk syahwat yang menjangkiti banyak orang.
“Banyak orang hobinya lihat-lihat handphone, cari promo. Lihat barang diskon, langsung beli, padahal di rumah barangnya masih ada,” ujar Buya Yahya dalam salah satu ceramahnya.
Dikutip Kamis (03/07/2025) dari tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya menegaskan bahwa kebiasaan mengejar flash sale tanpa kontrol bisa berdampak buruk secara finansial dan spiritual.
Ia menggambarkan bagaimana seseorang bisa kehilangan kesadaran atas kebutuhannya karena terlalu sering terpapar iklan dan promosi yang menggoda di internet.
“Barangnya di rumah masih bagus, tapi karena lihat promo, beli lagi. Yang lama jadi tak berarti hanya karena ingin punya yang baru,” tuturnya.
Bangun pagi, langsung buka aplikasi belanja, lalu tergoda flash sale—kebiasaan ini disebutnya sebagai pola hidup yang bisa menjauhkan seseorang dari keberkahan rezeki.
“Coba bangun pagi lihat itu lagi. Promo, promo, promo. Itu bukan kebutuhan, itu syahwat,” tegas Buya Yahya dalam ceramahnya.
Menurutnya, hidup sederhana dan terarah justru merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah dimiliki, dibandingkan selalu merasa kurang dan mencari yang baru lewat promo.
Buya Yahya menyarankan agar setiap orang mulai mengubah pola pikir terhadap belanja. Barang murah bukan berarti harus dibeli jika memang tidak dibutuhkan.
“Kalau tak perlu, ya jangan beli. Meski murah, itu tetap pemborosan kalau tidak dibutuhkan,” katanya menambahkan.
Ia juga mengingatkan bahwa membelanjakan uang pada hal-hal yang tidak penting bisa mengurangi keberkahan dan menjauhkan dari rasa syukur.
Kebiasaan ini, jika terus dibiarkan, menurutnya bisa menimbulkan penyesalan, terutama ketika seseorang sadar bahwa apa yang dibelinya hanya menjadi tumpukan barang tak berguna.
Sebaliknya, ia menganjurkan untuk lebih banyak memperhatikan kebutuhan keluarga, menabung, atau bersedekah kepada yang membutuhkan sebagai bentuk manajemen rezeki yang lebih bijak.
Buya Yahya menutup dengan pesan agar umat Islam tidak menjadikan promo sebagai alasan untuk mengobral uang tanpa pertimbangan matang.
“Berhenti dari kebiasaan itu, tobat. Jangan sampai syahwat kita dikendalikan oleh iklan dan diskon,” pesannya.
Dengan menahan diri dari kebiasaan konsumtif, seseorang tidak hanya menjaga keuangan pribadi, tetapi juga melatih jiwa untuk tidak tergantung pada dunia yang fana.
Melalui ceramah ini, Buya Yahya berharap umat Islam dapat hidup lebih tenang, sederhana, dan terhindar dari jerat syahwat konsumsi yang tersamar dalam bentuk diskon dan flash sale.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Sumber : Liputan6