Gus Rumail Abbas
Rhoma Irama adalah Imadiyyun, karena;
1. Dia meragukan nasab Baalawi, sekaligus orang yang mengundang empat orang tokoh yang memang dikenal sebagai pembatal di kanalnya (Guru Gembul, Kiai Imad, Mas Sugeng, dan Manachem Ali, dan satu tokoh “mengambang” bernama Kiai Anas),
2. Dia mengatakan bahwa yDNA itu presisi, di luar negeri dipakai untuk syarat mengisbat nasab seseorang, bahkan membawa hasil tes DNA Husain Ja’far Alhaddar sebagai argumen (pada saat saya jelaskan itu cuma filter TikTok, Rhoma Irama masih belum paham),
3. Beliau tidak mengkritik oknum Baalawi, karena ketika saya tanya 10 Baalawi yang mendoktrinasi seperti ceritanya 50 tahun lalu, beliau cuma menjawab “saya mampu, karena sudah 50 tahun” tanpa menyebutkan satupun dari 10 yang saya minta,
4. Beliau hanya mengedepankan akhlak dalam ucapan, bahkan bersumpah (qasam) niatnya baik. Tapi kenapa yang diundang justru berat sebelah?
5. Entah perdamaian macam apa yang beliau harapkan dari siniar yang “mengarahkan” persepsi orang tentang “Yaman tidak mengakui Baalawi, naqobah internasional tidak mengakui Baalawi, naqobah mewajibkan tes DNA sebagai isbat nasab, Baalawi hanya membawa indoktrinasi, Baalawi takut tes DNA, haplogroup-G itu Yahudi, dan setamsilnya”?
6. Satu-satunya yang berkedudukan sebagai pihak Pro-Nasab-Baalawi hanya saya, itupun di dalam siniar tidak membahas tentang tesis Kiai Imad. Nyaris bicara soal fenomena moral yang setiap pembaca buku PPKn pasti bisa menjawabnya (gak harus saya). Namun, formasi Pembatal-Baalawi yang (akan) tampil di siniarnya bisa lebih banyak, dan spesik membicarakan “kenapa Baalawi batal?”