Rais Aam PBNU Dicaci Maki: PWI-LS Bukan Nahdliyyin, Kritik Tanpa Adab Bukan Jalan Para Ulama


Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh beredarnya cuplikan video organisasi PWI-LS mencaci maki Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar.

Hujatan PWI-LS terhadap sesepuh NU tidak hanya menyalahi etika, tapi juga keluar dari akhlak keulamaan yang selama ini dijunjung tinggi oleh para nahdliyyin sejati.

PBNU telah menegaskan bahwa PWI-LS bukan representasi warga Nahdliyyin. Karena warga NU, sejati dan tulus mencintai ulama dan habaib, bahkan ketika ada perbedaan pendapat.

Perbedaan adalah hal yang biasa dalam tradisi ilmiah dan keorganisasian. Namun mencaci maki sesepuh, apalagi tokoh sekelas KH Miftachul Akhyar, adalah bentuk kehilangan adab, dan bukan bagian dari tradisi NU.

Lebih dari itu, identitas ke-NU-an bukan sekadar klaim. Ia lahir dari ketundukan kepada ulama, cinta kepada sanad keilmuan, dan sikap tawadhu kepada para sesepuh. Menyuarakan kritik dengan cara-cara kasar, menyerang pribadi, dan tanpa dasar ilmiah bukanlah ciri dari Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyyah.

Ada indikasi kuat bahwa PWI-LS merupakan bagian dari gerakan yang lebih luas, yang digerakkan oleh pihak-pihak yang memiliki ambisi pribadi terkait legitimasi nasab.

Mereka menampilkan diri seolah pembela kebenaran, tapi dalam praktiknya menyebar fitnah dan provokasi, bahkan terhadap para dzurriyah Rasulullah SAW yaitu para habaib. Ini jelas bukan warisan para wali, bukan pula jalan Walisongo.

Ambisi untuk mengangkat nasab pribadi—termasuk upaya-upaya tidak ilmiah untuk dikaitkan dengan Walisongo atau bahkan Rasulullah— yang dilakukan PWI-LS dan sekte Imad Begal Nasab bukan hanya merusak nilai-nilai keilmuan, tetapi juga merusak akhlak umat.

Kita wajib waspada terhadap kelompok yang ingin memecah belah umat dengan membawa isu-isu sensitif secara sembrono.

Kami mengajak masyarakat, terutama warga NU dan para pecinta ulama, untuk tetap tenang namun waspada. Jangan mudah terprovokasi oleh narasi yang dibungkus dengan istilah keilmuan, tetapi sejatinya berisi kebencian dan ambisi pribadi.

Mari terus jaga adab dalam berbeda. Karena sesungguhnya, adab adalah mahkota para ulama, dan warisan para wali.

Sumber : Faktakini

Pos terkait