TUNTUTAN MASYARAKAT KEKINIAN PADA TOKOH AGAMA

✍️ KH. Abdul Wahab Ahmad

Bacaan Lainnya

Masyarakat kekinian, tidak semuanya tapi banyak, membuat berbagai tuntutan pada tokoh agama, yaitu:

  1. Tokoh agama tidak boleh kaya. Tokoh agama harus hidup prihatin dan menjadi mustad’afin (orang yang lemah). Kalau sampai kaya dan mandiri secara ekonomi, maka dicaci sebagai orang yang tidak zuhud dan tidak mencerminkan ajaran agama yang mengajarkan kesederhanaan. Akhirnya banyak tokoh agama yang benar-benar hidup miskin dan tidak mempunyai daya tawar.
  2. Tokoh agama harus mau mengajar agama secara gratis. Kalau mendirikan yayasan, maka harus gratis atau kalau pun berbayar maka harus sangat murah hingga tidak mampu membayar para gurunya secara layak. Kalau sampai tidak gratis atau berani mahal, maka dicaci sebagai orang yang tidak ikhlas berdakwah. Akhirnya yayasan-yayasan agama banyak yang tidak maju-maju, bahkan hanya menjadi yayasan yang mengemis bantuan ke sana kemari hingga hancurlah wibawa yayasan agama.
  3. Kalau tokoh agama berdakwah turun ke masyarakat, maka jangan sampai menyenggol hal yang haram. Masyarakat hanya mau mendengar hal-hal yang menyejukkan meskipun sudah jadi pengetahuan umum, seperti ajakan bersabar, tawakkal, giat ibadah dan sebagainya. Jangan sampai ada tokoh agama yang menyinggung maksiat yang terbiasa dilakukan masyarakat, seperti kebiasaan mereka yang menormalisasi pacaran, berzina, judi, riba dan sebagainya. Kalau itu dilakukan, maka akan dicaci sebagai orang yang intoleran dan kaku. Akhirnya banyak tokoh agama yang cari aman menjauhi topik yang membuat kuping panas seperti itu sehingga yang haram benar-benar dianggap biasa oleh masyarakat.
  4. Kalau tokoh agama berdakwah di mimbar ceramah, maka jangan membahas ilmu yang membuat masyarakat terupgrade, tapi bahaslah lelucon; Jadilah stand-up comedian di panggung yang diwarisi dari panggung kenabian, jangan malah mengajarkan agama betulan di mimbar agama. Kalau tidak, maka akan dijauhi dan dianggap tidak mengerti kondisi psikologis umat yang inginnya hanya bersenang-senang setelah susah bekerja seharian, bukan ingin belajar. Jangan membahas halal-haram sebab itu tidak nyaman didengarkan, tapi buatlah orang tertawa kalau masih mau diberi amplop berisi uang. Akhirnya banyak tokoh agama yang baralih profesi menjadi pelawak bersorban agar amplop, eh… maksudnya umat, tidak lari dari dirinya, eh… maksudnya dari agama.
  5. Tokoh agama dilarang mengajarkan materi berat dan serius sebab umat kebanyakan awam dan terdiri dari beragam latar belakang. Kalau mengajarkan materi berat yang bisa mengupgrade orang awam jadi ahli ilmu agama, maka tidak akan diundang lagi. Akibatnya, umatnya sampai puluhan tahun tetap tidak paham halal-haram, tetap awam selamanya sebab keawaman itu harus dirawat dan dilestarikan.

Itu adalah tuntutan banyak masyarakat pada tokoh agama saat ini. Goalnya adalah agar tokoh agama tidak menjadi kuat dan punya daya tawar, agar ajaran agama diremehkan sebab dijajakan gratis, murah dan itu pun masih tidak diminati sebagaimana pelajaran ilmu umum. Ajaran agama harus membuat umat tertawa, bukan menangis karena takut akhirat.

Akhirnya makin jauhlah umat dari agama. Tapi mungkin itu harus terjadi agar bisa kiamat. Kalau tidak begitu, maka bagaimana bisa kiamat? Dan para tokoh agama yang mengikuti tuntutan masyarakat seperti di atas adalah bagian dari tanda-tanda kiamat tersebut.

Pos terkait