𝙆𝙄𝘼𝙄 𝙃𝘼𝙎𝘼𝙉 𝙂𝙀𝙉𝙂𝙂𝙊𝙉𝙂 𝘽𝙄𝙎𝘼 𝙈𝙀𝙉𝘾𝙄𝙐𝙈 𝘼𝙍𝙊𝙈𝘼 𝙒𝘼𝙉𝙂𝙄 𝙃𝘼𝘽𝘼𝙄𝘽 (𝙆𝙩𝙪𝙧𝙪𝙣𝙖𝙣 𝙉𝙖𝙗𝙞) 𝘿𝘼𝙍𝙄 𝙅𝘼𝙐𝙃
Ujar Abah Guru Sekumpul, “Jika tidak ada murid Syeikh Hasan Genggong yang uzlah ke gunung-gunung dan hutan, maka hancur Indonesia, sebab banyak maksiat. Cuma yg uzlah itu jadi tongkat-tongkat ke langit”.
Siapakah Syekh Hasan Genggong?
Dulu, dalam suatu majelis, Habib Ali Kwitang pernah berjumpa dengan Kyai Moh. Hasan Genggong. Sejenak Habib Ali Kwitang tertegun.
Lalu dipeluknya Kyai Hasan sepuh dengan penuh keharuan. Air mata mengaliri pipi Habib Ali Kwitang.
Saat itu ada seorang yang menemani Habib Ali Kwitang dan bertanya :
“Bib, siapakah orang tua yang sangat sepuh ini yang engkau peluk tubuhnya..?” tanya lelaki itu.
Sambil menyeka air mata, Habib Ali Kwitang berkata : “Ketahuilah anakku, aku sering bermimpi berjumpa dengan Rasulullah. Dan aku sering mendapati orang sepuh ini ikut mengiringi Rasulullah sambil memegangi tangan Rasulullah…” jawab Habib Ali sambil menunjuk kepada Kyai Hasan Genggong.
Beliau Kiai Hasan Genggong adalah Seorang Sholihin Beliau Pendiri Pesantren Genggong Daerah Kraksan Probolinggo…
Jika Kiai Hasan akan kedatangan tamu dari ahlul bait (keturunan Rasulullah), beliau langsung keluar sambil berlari dan berkata:
“ada rahatul Mustofa/wangi Nabi Muhammad.”
Padahal cucu Rasul tadi masih belum sampai ke tempat Kiai Hasan.
Di antara keramat Kiai Hasan Genggong adalah cerita datangnya seorang tamu yang menyewa sebuah mobil dengan seorang sopir habib. Cuma, ceritanya, tamu yang menyewa itu tidak mengetahui kalau supir tersebut adalah seorang habib.
Kiai Hasan berkata kepada anak-anaknya, Ayo rapikan kamar, kita mau kedatangan habib
Setelah orang itu datang ke rumah Kiai Hasan, beliau bertanya, “mana sopirmu?”
Sopir saya tidur, Kiai
Di mana tidurnya?
Di mobil, Kiai
Saya mau dekati sopir itu boleh minta izin?
Setelah mendapatkan izin, Kiai Hasan Genggong mendekati mobil sang tamu.
Habib, bangun bib!” Pinta Kiai Hasan.
Sang sopir itu jelas kaget karena selama ini tidak ada yang memanggilnya habib.
Bila Kiai Hasan ditanya oleh orang lain tentang bagaimana cara mengetahui kalau sopir itu adalah habib, beliau selalu menjawab begini, “Saya tahu karena bau keringatnya adalah bau keringat Kanjeng Nabi Muhammad Saw
Subhanallah……
Beliau Kiai Hasan Genggong juga memiliki taalluq batin dengan Habib Ali bin Muhammad alHabsyi sohibul maulid.
Diceritakan ketika zaman Alhabib Ali bin Muhammad bin Husain Al Habsyi Seiwun (Pengarang Maulid Simthud Durar). Ada seorang Auliya Allah bernama Al habib Abdul Qadir bin Quthban Assegaf. Habib Abdul Qadir bin Quthban adalah seorang ‘alim yang sangat gemar bersilaturrahim kepada para ‘alim ulama’ para waliyullah yang masih hidup di zaman tersebut.
Kegemaran Beliau bersilaturrahim bukan hanya terbatas di wilayah Hadramaut Yaman saja. Tapi juga sampai ke pulau Jawa Indonesia.
Bahkan juga sampai ke kediaman Hadratussyaikh KH. Mohammad Hasan Sepuh Genggong Probolinggo. Ketika tiba dikediaman Kiai Hasan Sepuh Genggong, Habib Abdul Qadir disambut dengan ramah. Beliau berdua pun berbincang bincang. Tentunya dengan bahasa arab.
Sampai pada akhirnya kiai Hasan sepuh bertanya, yang kalau diterjemahkan:
“Habib, bagaimana kabarnya Habib Ali Habsyi Seiwun (pengarang Simtudhurrar)??
Ditanya seperti itu, Habib Abdul Qadir terkejut dan terheran-heran. Bagaimana bisa Kiai Hasan Sepuh Genggong mengenali Habib Ali Habsyi Seiwun. Sedangkan Kiai Hasan secara dzahir tidak pernah ke Hadramaut Yaman, dan Habib Ali Habsyi Seiwun juga tidak pernah ke Indonesia.
Seolah mengetahui apa yang ada di hati Habib Abdul Qadir, Kiai Hasan kembali berkata,
Habib Ali Al Habsyi Seiwun itu kulitnya seperti ini (menyebutkan), wajahnya begini (menyebutkan), kalau duduk seperti ini (disebutkan), jalannya seperti ini (disebutkan) di kediaman Habib Ali rumahnya seperti ini (menyebutkan), di depannya ada masjid bernama Masjid Riyadh dan tiangnya ada (menyebutkan)
Dan bertambah kagumlah Habib Abdul Qadir bin Quthban. Takjub oleh Kiai Hasan Sepuh Genggong yang menyebutkan secara detail seolah-olah beliau sangat akrab dengan Habib Ali Al-Habsyi dan mengetahui keadaan rumahnya di kota
Sewun Hadramaut Yaman.
Padahal Kiai Hasan tidak pernah sampai ke sana. Lalu setelah cukup berbincang-bincang, tak lama kemudian, Habib Abdul Qadir bin Quthban pun berpamitan pulang.
Ketika sekembalinya dari tanah Jawa ke Yaman. Habib Abdul Qadir bin Quthban mengunjungi kota Seiwun, untuk bertemu dengan Al Imam Al ‘Arifbillah Al Habib Ali Al Habsyi Seiwun. Ketika sudah sampai di kediaman Habib Ali Habsyi dan berhadapan dengan beliau, di tengah-tengah perbincangan, Habib Ali Al Habsyi bertanya :
” Wahai Sayyid Abdul Qadir, apakah di Jawa engkau bertemu dengan seorang syekh bernama Hasan Jawi (Jawa maksudnya)?”
Habib Abdul Qadir teringat pertemuannya dengan Kiai Hasan Sepuh Genggong. Beliau mengangguk meng-iyakan.
Lalu Habib Ali Al Habsyi berkata :
” Syekh Hasan itu kulitnya seperti ini (menyebutkan), wajahnya seperti ini (menyebutkan), duduknya begini (mencontohkan), jalannya seperti ini (menceritakan), dan di rumahnya begini (menjelaskan)
Hingga Habib Abdul Qadir takjub dengan detailnya penjelasan Habib Ali Seiwun tentang Kiai Hasan seolah keduanya adalah sahabat karib yang akrab. Padahal Habib Ali Seiwun tidak pernah ke Indonesia.
Subhanallah….
Kiai Hasan Genggong meninggal dunia dalam usia 115 tahun. Semoga Allah Swt. meridhoi beliau dan mengumpulkannya bersama Rasulullah dan para Nabi di surgaNya yg tertinggi… Amin.
رَبِ فَانْفَعْنَــــــــا بِـبَرْكَتِهِـــــــمْ – وَاهْــــدِناَ الْحُسْنٰــى بِحُرْمَتِهِـــــــــمْ
وَاَمِـتْنَـــا فِي طَــــرِيْقَــــــــتِهِـــمْ – وَمُعَـــــــــــافَاةٍ مِـنَ الْـفِـــــــــــتَنِ
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ