Bukti Tak Terbantahkan: Jejak Habaib di Jantung NU Sejak 1931


Bukti Tak Terbantahkan: Jejak Habaib di Jantung NU Sejak 1931

Kepada mereka yang (masih) tega menebar narasi bahwa para Habaib—khususnya dzurriyyah Ba’alawi—tidak pernah terlibat dalam pembentukan dan perjuangan Nahdlatul Ulama, izinkan sejarah bicara.



📜 Catatan autentik dari KH. Taha yang ditemukan dan diunggah oleh Lora Muhammad Ismael Al Kholilie, menyebut rapat khusus NU pada 4 Dzulhijjah 1349 H (22 April 1931 M) di kediaman KH. Muntaha Jangkebuan, Bangkalan, dihadiri langsung oleh:



KH. Hasyim Asy’ari (Rais NU)



KH. Abdul Wahhab Chasbullah



Al-Qadhi Muhammad Shadaqah



Dan… Sayyid Ahmad Al-Jufri



Ya, Sayyid Ahmad Al-Jufri. Seorang tokoh Ba’alawi yang bukan sekadar hadir, tapi disebut sebagai “min a’yān ahlil bilād”—tokoh terkemuka lokal.



Lalu siapa beliau Ahmad Al-Jufri?



🔎 Penelusuran lanjutan oleh Gus Rumail Abbas mengungkap bahwa Ahmad bin Anis Al-Jufri adalah:



Salah satu tokoh yang memberikan sambutan mewakili komunitas Hadrami dalam acara pernikahan yang digelar Bupati Bangkalan



Tokoh Arab yang nyaris masuk Volksraad (DPR zaman kolonial)

Bacaan Lainnya

Figur penting yang kemudian berkiprah di politik Jawa bersama Patih R.M. Soemarjo di Brebes



📌 Ini bukan dongeng atau glorifikasi. Ini jejak konkret keterlibatan habaib dalam arus utama perjuangan NU—rapat konsolidasi, bukan pengajian biasa.



Jadi, kalau hari ini ada yang ngotot memutarbalik sejarah bahwa para Habaib tidak ada urusan dengan NU, bahkan menuduh hanya numpang nama, maka mungkin dia sedang sibuk berselancar di gelombang kebencian, bukan di samudera ilmu dan adab.



Kita tidak sedang memperdebatkan siapa yang paling berjasa. Tapi jangan pula membabat nama-nama yang telah nyata tertulis dalam lembar sejarah, hanya karena tidak sesuai dengan selera ideologismu hari ini.


💡 NU itu rumah besar. Dan rumah besar ini dibangun oleh banyak tangan—baik yang bernama Kiai, maupun yang bernama Sayyid/Habib. Bukan oleh tangan-tangan yang sibuk memecah belah sambil mendaku paling setia menjaga warisan.



Wallahu a’lam,

~Tamzilul Furqon Yang lebih percaya manuskrip tua daripada narasi baru yang penuh luka.





📌 Sumber:



Catatan KH. Taha (1931)


Penjelasan Lora Ismail Al-Kholili & Gus Rumail Abbas

https://www.facebook.com/share/p/1CDhxZDYp4/

https://www.facebook.com/share/16MvwzJe25/

Sumber : Faktakini

Pos terkait