Beberapa ‘Amaliyah Agar Meraih HUSNUL KHATIMAH.
Oleh: Muhammad Haetami.
Capaian terbesar sekaligus impian terindah bagi seorang mukmin adalah husnul khatimah (akhir hayat yang baik). Yaitu meninggal dunia dalam keadaan membawa Iman Islam. Perbekalan iman dan Islam ini amat sangat berharga sekali, karena ia merupakan modal utama untuk bisa menuju titik aman pertama bagi seorang hamba, agar dirinya layak dimasukkan ke surga Alllah ‘Azza wa Jalla, dan tidak akan kekal seandainya pun mesti mampir dulu di neraka-Nya. Na’uudzu billlah min ‘adzaabih.
Saudara ! Tidak ada jaminan, sekali lagi tidak ada jaminan sama sekali dalam diri kita, untuk bisa selamat dari makar Allah di kala terpisahnya ruh dari anggota badan.Be
أللهم ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب.
Ya Allah Tuhan kami, janganlah condongkan hati kami kepada kesesatan, setelah Engkau beri kami hidayah (iman Islam). Dan karuniakan lah kami rahmat dari sisimu. Sesungguhnya Engkau maha pemberi karunia. Amiin.
Saudara seiman para perindu HUSNUL KHATIMAH, berikut ini serangkaian ‘amaliyah sholihah yang dapat mewariskan pengamalnya dikarunia HUSNUL KHAMTIMAH oleh Allah Ta’ala. Semoga kita mampu mengamalkan-nya.
1). Belajar ilmu agama.
Rajin-rajin lah ngaji, aktifkan diri selalu hadir dimajlis ilmu, karena in sya Allah orang yang sibuk ngaji (belajar ilmu agama), kelak matinya husnul khatimah.
Al- Imam Ibnu Hajar al- Haetami radiyallahu ‘anhu berkata:
ألتفقه في الدين علامة على حسن الخاتمة.
(فتح الالة في شرح المشكاة، ٢/٥٣).
Belajar ilmu agama (ngaji) merupakan tanda seseorang akan meraih husnul khatimah (akhir hayat yang baik) yakni meninggal dengan membawa iman Islam.
2). Juga diperkuat oleh Syaikh Nawawi al- Bantani rahimahullah, ketika menafsirkan Hadits Nabi SAW:
((من يرد الله به خيرا، يفقهه في الدين)).
Siapa orang yang Allah kehendaki berada dalam kebaikan (surga), maka Allah menjadikannya faham tentang ilmu agama.
وفي هذا الحديث بشارة للمشتغل بالفقه من حيث إعلاما بموته على دين الإسلام (قوة الحبيب الغريب، ص: ١١).
Kata Syaikh Nawawi: Di dalam hadits ini, ada sebuah kabar gembira bagi orang yang sibuk belajar ilmu agama, dari sisi di mana ada diinformasikan “bahwa kelak matinya membawa iman Islam”.
3). Membaca do’a “subhanakallahuma” setiap selesai berwudhu. Rasululah SAW bersabda:
((من قال عقب الوضوء: سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله الا أنت أستغفرك وأتوب إليك، كتب في رق ثم طبع عليه بطابع فلم يتطرق إليه خلل إلى يوم القيامة))
Siapa orang yang sesaat setelah wudhu membaca: “subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu an la ilaha illaa anta ——- wa atuubu ilaik”, maka apa yang dia baca dicatatkan di dalam sebuah kertas, lalu kemudian dicap dengan sebuah stempel, maka tidak akan terjadi kecacatan/kerusakan padanya hingga hari kiamat.
Syaikh Nawawi mengomentari Hadits ini:
وهذا كناية عن عدم إحباط ثوابه، وفيه بشرى بأن قائله يموت على الإيمان، ولا يحصل له ردة أبدا (نهاية الزين، ٣١).
Ini merupakan sebuah kinayah (kalimat sindiran) bahwa, tidak akan leburnya pahala orang yang berwudu tadi, dan di dalam hadits tsb ada kabar gembira bahwa sesunggunya orang yang membaca doa sehabis wudhu (doa subhanaka Allahumma wa bihamdika), ia akan meninggal membawa iman Islam, sehingga tidak akan terjadi kepadanya murtad (keluar dari Islam) untuk selama-lamanya.
4). Melazimkan membaca sya’ir bait “ilahi lastu lil firdaus” setiap hari Jum’at secara rutin.
Sebagaimana ada sebuah faidah disebutkan, yang bersumber dari pada seorang wali kutub bernama Al- Imam ‘Abdul Wahab al-Sya’rani/ al- Sya’rawi (murid dari Jalal as-Suyuthi) nafa’nallahu bihi:
أن من واظب على قراءة هذين البيتين في كل جمعة توفاه الله على الإسلام من غير شك.
“Sesunggunya orang yang membiasakan membaca dua bait ini, setiap hari jum’at, maka Allah akan mewafatakan-nya dalam keadaan ber-Islam, secara pasti tanpa ada keraguan.
Dua bait tersebut dibaca sebanyak 5 x, sebagaimna keterangan yang dikutip dari sebagian ulama. Dua bait dimaksud adalah sebagai berikut:
إلهي لست للفردوس أهلا# ولا أقوى على نار الجحيم.
فهب لي توبة واغفر ذنوبي# فإنك غافر الذنب العظيم.
(كاشفة السجا، ١٦٤).
Semoga Allah wafatkan kita semua dalam keadaan HUSNUL KHATIMAH. Aamiin.
Penulis, Lebak, Banten. 11 Rajab 1445. H.