AHLI FIQIH vs AHLI IBADAH


Oleh KH. Luthfi Bashori

Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang muslim itu, maka Allah akan memberikan kepadanya untuk difahamkan ilmu fiqih (syariat Islam) sekalipun hanya sebatas yang wajib saja untuk diketahui.

Karena setiap orang yang akan menjalankan ibadah kepada Allah, harus melalui ilmu fiqih terlebih dahulu, sebut saja kewajiban beribadah shalat, ia wajib tahu diantara sah-nya shalat itu harus menghadap Kiblat, maka untuk mengetahui kewajiban menghadap Qiblat ini harus memahaminya lewat ilmu fiqih, sekalipun sangat minim.

Rasulullah SAW bersabda: Mengetahui ilmu fiqih walaupun sedikit, lebih baik daripada banyak ibadah, dan cukuplah ilmu fiqih seseorang bila dapat menuntunnya untuk beribadah kepada Allah, dan cukuplah kebodohan seseorang bila ia merasa kagum dengan pendapatnya sendiri. Dan sesungguhnyah manusia itu  ada dua macam, yaitu orang mukmin dan orang jahil (bodoh dalam masalah agama) karena itu janganlah engkau menyakiti orang mukmin dan jangan pula engkau berdebat dengan orang jahil (HR Thabrani melalui Ibnu Umar r.a.)

Nasehat jangan berdebat dengan orang bodoh, atau jangan menonjolkan diri di depan orang yang jahil, yakni orang yang tidak mengerti agama, karena tidak ada manfaatnya untuk kemashlahatan dunia apalagi akhirat, terutama jika si bodoh itu hanya mengandalkan pimikiran otaknya semata untuk bahan perdebatan.

Ahli fiqih dipandang lebih baik karena ilmunya dapat menuntun dirinya untuk lebih banyak beribadah kepada Allah secara baik dan benar, yakni dengan mengamalkan ilmunya. Sedangkan orang bodoh yang sesungguhnya ialah orang yang merasa kagum dengan pendapatnya sendiri tanpa didasari ilmu agama yang memadai.

Pos terkait